William Davis Morris, geologist berkebangsaan Amerika, berpendapat bahwa sungai itu ibarat organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan tua. Siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon.
Orang bahagia diibarartkan sebagai pohon yang ditanam ditepi aliran air, di tepi sungai atau anak sungai, atau saluran air. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air ... Pohon yang tumbuh di tepi sungai biasanya tumbuh subur, sehat dan kuat, sebab mendapat asupan air yang cukup.
Semua tumbuh-tumbuhan membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon mendapat asupan air dari sungai itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.
Air di sini adalah air hidup, firman Allah. Orang yang hidup di dalam firman juga akan memperoleh kesehatan jasmani dan rohani, suka cita, sejahtera dan berbuah. Kehidupan menjadi lebih baik, berhasil dan membawa manfaat bagi sesama.
a. Daunnya tidak layu, artinya dapat bertahan dalam penderitaan, di dalam panas teriknya matahari, mampu mengalahkan segala rintangan. Dapat mengelola berbagai krisis dengan baik.
b. Buahnya tidak habis-habisnya, ini berarti bahwa hidupnya bermakna, senantiasa bermanfaat bagi sesama.
c. Tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, artinya dapat senantiasa membawa berkat bagi sesame.
d. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat, bahwa apa yang dilakukan dapat mendatangkan sukacita, penghiburan dan kebahagiaan bagi orang lain.
Manusia memang membutuhkan suatu kekuatan yang lebih besar dari kekuatan dirinya sendiri untuk dijadikan tempat berlindung dan bersandar, tempat untuk meminta pertolongan akan hal-hal yang mengancam kehidupannya. Namun ada orang yang salah pilih di dalam menentukan siapakah tempat untuk bersandar yang sesungguhnya. Memilih hal-hal yang ada di dunia ini yang dianggap hebat dan diidolakan sebagai tempat untuk berlindung; ternyata hal itu tidak dapat membawa pada kehidupan yang kekal melainkan kepada kematian.
Firman Allah memberikan kepada kita satu kepastian bahwa orang yang bersandar pada Tuhan akan diberkati, seperti pohon yang ditanam di tepi air, dia akan tumbuh dengan baik, tidak takut panas, tidak takut kering, tidak layu daunnya dan tidak berhenti menghasilkan buah. Pengharapan kita hanyalah kepada Allah jua. Semua orang yang meninggalkan Allah akan menjadi malu, dan lenyap sebab mereka meninggalkan sumber air hidup yang sesungguhnya*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar