Sesungguhnya, kebahagiaan itu dapat dirasakan oleh siapa saja,
tak perlu menunggu, kalau, jika, bila, manakala, seandainya. Tetapi, walaupun,
meskipun, bagaimanapun! Sekarang ... di tempat ini!
Di Jepang ada sekelompok orang-orang tua yang biasa berkumpul untuk
bertukar berita dan minum teh. Salah satu kegemaran mereka adalah mencari
berbagai jenis teh yang mahal dan membuat ramuan baru yang dapat memuaskan cita
rasanya.
Ketika tiba giliran anggota tertua untuk menjamu anggota yang
lain, ia menyelenggarakan upacara besar untuk menghidangkan teh ... dengan
menghitung lembar-lembar teh dari wadah terbuat dari emas. Semua orang sangat
memuji teh itu dan ingin tahu ramuan macam apa yang ia buat, sehinga memberi
rasa istimewa.
Orang tua itu tertawa dan berkata, “Teh yang menurut tuan-tuan
sangat istimewa rasanya adalah teh yang biasanya diminum oleh para petani di
perkebunan saya (Anthony de Mello - sunting broto r.)
“Hal-hal yang paling baik dalam kehidupan, yang bisa memberi
kebahagiaan dan kenikmatan, bukanlah hal yang mahal dan sulit ditemukan.”
Hidup di dunia ibaratnya hanyalah “mampir ngombe” (jawa) - minum
secangkir teh, bila dilihat dari dimensi kekekalan. Dan hanyalah sekali saja.
Sedangkan manusia dicipta untuk menikmatinya ... surga berawal dari dunia ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar