Hubungan yang harmonis antara suami isteri sangat besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan hidup. Pernikahan bukan akhir cerita bahagia – tetapi awal dimulainya ‘perjalanan berdua’ - membangun hidup bahagia. Kebahagiaan tidak bakal datang dengan sendirinya ketika orang menikah - suami dan isteri haruslah senantiasa mengupayakannya.
“Perkawinan yang bahagia dimulai ketika kita menikahi orang yang kita cintai, dan kebahagiaan itu berkembang bila kita terus mencintai orang yang kita nikahi”, demikian kata Tom Mullen … ?!
Pada waktu pertemuan kelompok spiritual, yang sedang membahas topic “membangun relasi”, ada seorang seniorku yang menyampaikan masalah keluarganya. “Saya sudah 10 tahun menikah pak, namun sampai saat ini masih sering terjadi perselisihan, banyak perbedaan di antara kami yang belum dapat disatukan”.
Kemudian, saya mencoba untuk berbagi, “Kami malahan sudah melewati kawin perak dik, namun sampai sekarang juga masih banyak perbedaan di antara kami, hanya saja kami berusaha saling memahami. Perbedaan itu nyatanya malahan dapat saling melengkapi dan mengisi kekurangan kami masing-masing, dan membuat semakin sempurna”.
Konflik di dalam rumah tangga memang bisa saja terjadi, namun ‘perang’ dalam perkawinan adalah berbahaya. Boleh berdebat, adu argumentasi, namun jangan sampai adu otot, atau membanting dan melempar barang, apalagi saling mencederai.
Tidak ada rumah tangga yang tanpa mengalami konflik sama sekali, hal ini adalah manusiawi. Komitmen sekuat apapun tidak dapat menghapus kodrat manusiawi kita. Namun, bagaimanapun juga, konflik harus dapat dikelola sebaik-baiknya. Jangan sampai perilaku Anda justru membuat konflik semakin parah.
Hendaknya saling menyadari - bahwa kita masing-masing adalah ciptaan-Nya yang unik. Dua insan yang berbeda atau mungkin sangat berbeda – yang kemudian disatukan di dalam ikatan perkawinan, sudah tentu akan dapat menimbulkan ketidaksesuaian.
Dalam hal ini, ada nasehat dari George Levinger, “Yang berperan dalam membuat sebuah perkawinan bahagia bukan berapa banyak Anda saling berkesesuaian, melainkan bagaimana Anda mengatasi ketidaksesuaian.
Perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak sebelum perkawinan akan semakin tampak ketika dua orang tinggal bersama. Kita berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kepribadian sendiri-sendiri, memandang dunia lewat perspektif yang berberda, masing-masing memiliki kebiasaan - kebiasaan yang mungkin tidak menyenangkan bagi yang lain. Pikiran kita, reakasi kita, cara kita bertindak tidak sama. Ini bisa mengundang frustasi.
Oleh sebab itu, janganlah bersikeras untuk menyatukan pendapat, agar ikatan semakin kuat – lebih baik belajarlah untuk melonggarkannya barang sedikit – beri ruang di hatimu untuk si dia*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar